tak terhitung kerinduan dalam jiwa
yang kutulis di setiap lembar puisi bisu
untukmu, Ibu
seperti daun-daun yang takut akan datangnya angin
menerpa hingga sesak ia rasakan di rongga dada.
rindu padamu setiap waktu
seperti kerinduan malam pada pagi
rembulan merindui mentari
dan kerinduan hidup akan mati
namun, itu bukan yang pertama.
ibu
aku memahami perasaanmu tanpa kau mengucapkan
membesarkan hatimu dan tak pernah membuatmu merasa kecil
hingga kita bisa tersenyum bersama
walau kau hanya cinta keduaku setela Dia
karena kita sama-sama gelisah menungu
saat-saat pertemuan dengan-Nya.
yang kutulis di setiap lembar puisi bisu
untukmu, Ibu
seperti daun-daun yang takut akan datangnya angin
menerpa hingga sesak ia rasakan di rongga dada.
rindu padamu setiap waktu
seperti kerinduan malam pada pagi
rembulan merindui mentari
dan kerinduan hidup akan mati
namun, itu bukan yang pertama.
ibu
aku memahami perasaanmu tanpa kau mengucapkan
membesarkan hatimu dan tak pernah membuatmu merasa kecil
hingga kita bisa tersenyum bersama
walau kau hanya cinta keduaku setela Dia
karena kita sama-sama gelisah menungu
saat-saat pertemuan dengan-Nya.
0 komentar:
Post a Comment