Selamat Datang Di Nuryanti Hikaru-Akira Kokoroga Ki-zutsuku ✿ ◠‿ ◠ (▼).

Monday, March 4, 2013

ASAL USUL DESA KEDOKAN BUNDER


ASAL USUL DESA KEDOKAN BUNDER



            Kesaktian Nyi Mas Ratu Ayu Kawunganten atau Ratu Seuneu ini sangat termasyur sampai ke negeri Campa dan banyak negara-negara lain yang ingin mengayoni (mengukur) kehebatan beliau. Pada suatu hari datanglah seorang Putra Raja Campa yang bernama Jiou Phak yang dikawal Jiou Go dan Qi Pa Lhiang serta 40 orang prajurit nya yang bertujuan untuk meminang beliau, tapi beliau menolak karena sudah mempunyai suami. Putra Campa tetap memaksa kehendaknya untuk meminangnya namun Nyi Mas Ratu Ayu Kawunganten tetap pada pendirian, maka terjadilah peperangan dan uji kesaktian antara Jiou Phak dan Nyi Mas Ratu Ayu Kawunganten. Dalam perkelahian tersebut Nyi Mas Ratu Ayu Kawunganten hampir terkalahkan baik kekuatan tenaga dan kesaktianya oleh Putra Campa tersebut.
            Ki Kuwu Sangkan mengetahui bahwa di Pedukuhan Lebak Sungsang tengah terjadi peperangan antara Putra Raja Campa seprajuritnya dan Nyi Mas Ratu Ayu Kawunganten maka Ki Kuwu Sangkan datang Ke pedukuhan Lebak Sungsang dan memberikan pusaka Golok Cabang kepada Nyi Mas Ratu Ayu Kawunganten. Golok Cabang lalu disabetkan ke tanah oleh beliau maka Jiou Phak langsung terjatuh terduduk (Jawa = Kedodok) dan sekarat. Bekas sekaratnya itu sampai bundar (Bahasa Indramayu : bunder) akhirnya tempat itu dinamakan Kedokanbunder. Pendukuhan Lebak Sungsang akhirnya diganti namanya menjadi Kedokanbunder.Putra Campa menghembuskan nafas terakhirnya dan dikuburkan di tanah yang agak tinggi yang sampai sekarang masih bisa kita lihat kuburannya di sebelah timur lapang bola desa Kedokanbunder, sedangkan para prajuritnya yang masih hidup enggan pulang ke negeri Campa akan tetapi menyerah dan mengabdi di Pedukuhan Kedokanbunder sampai akhir ayatnya. Putra Campa yang bernama Jiau Go kuburannya masih bisa kita lihat di blok Cilengkong yang disebut Petilasan Ki Jago.
            Akhirnya beliau memerintah pedukuhan dan mensyiarkan Islam dengan penuh kesabaran hingga pada suatu hari beliau sakit dan meninggal dunia. Pada saat beliau akan meninggal, beliau sempat menyuruh putra-putrinya mendekati seraya berkata : "Anak isun lan para pengikut isun kabeh terutama, turutana perintae Gusti Allah Ian perintae Wong tuamu sing wis lairaken ira Ian gedeaken ira Ian muliaken tamu kang teka ning umae ira lan ngomonga sing bener, melakua ning tujuan aja nganti keder, dadia menusa aja dadi uwong. Sebab lamon dadi wong- wongan mung diwedeni ning manuk" (Arti kata dalam bahsa Indonesia : Khususnya anak saya beserta para pengikutku semuanya, turutilah perintahnya Allah SWT dan perintah orang tuamu yang telah melahirkan kamu dan membesarkan kamu dan muliakan tamu yang datang di rumah kamu dan berbicaralah dengan baik dan benar, berjalanlah pada tujuan jangan sampai tersesat, jadilah manusia jangan sampai jadi orang- orangan yang hanya ditakuti oleh burung). Pada tahun 1561 beliau wafat dan tersebarlah berita kemana-mana, para pengikutnya baik yang dekat maupun yang jauh datang ke pedukuhan Kedokanbunder dengan penuh rasa duka dan disertai cucuran air mata karena orang yang dicintai telah tiada. Setiap orang terus berdatangan menziarahi makam untuk mendoakan beliau sebagai tanda penghormatan dan mengenang akan keteladanan dan kebijaksanaannya. Kepemimpinan pedukuhan Kedokanbunder diteruskan oleh keturunannya.

0 komentar:

Post a Comment

By :
Free Blog Templates