LINGKUNGAN FISIK DAN ERGONOMI
Di
Susun Oleh :
1.
Nuryanti (41122260)
2.
Sri Susiyanti (41122126)
3.
Liestyawati (41121987)
4.
Amalia ( 41122176 )
5.
Vera Wahyulianti (41122102)
SEKOLAH
TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
( STMIK ) IKMI CIREBON
TAHUN AJARAN 2012/2013
JLn.
Perjuangan No 10B Majasem Kota Cirebon
Telp.
(0231) 490481-490480
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. dalam makalah ini kami akan membahas mengenai "LINGKUNGAN FISIK DAN ERGONOMI".
Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. dalam makalah ini kami akan membahas mengenai "LINGKUNGAN FISIK DAN ERGONOMI".
Makalah ini telah di buat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami meyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnan makalah selanjutnya.
Akhirnya kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sema.
Cirbon, Oktober 2013
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang :................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah :................................................................... 1
1.3 Tujuan :................................................................... 1
1.4 Metode Penulisan :................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Ergonomi :................................................................... 3
2.2 Sejarah Ergonomi :................................................................... 3
2.3 Tujuan, Manfaat, dan Ruang Lingkup Ergonomi :...................................................................... 4
2.4 Metode-Metode Ergonomi :...................................................................5
2.5 Penyakit-Penyakit di Tempat Kerja yang Berkaitan dengan Ergonomi :...................................... 6
2.6 Aplikasi Ergonomi untuk Perancangan Tempat Kerja :................................................................. 7
2.7 Aspek Psikologis Ergonomi :................................................................. 7
2.8 Contoh Aplikasi Ergonomi :.................................................................. 8
2.9 Antropometri :..................................................................12
2.10 Biomekanika :................................................................... 12
BAB IV KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan :............................................................................................................... ..... 13
4.2 Saran :..................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi
saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pada
berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan teknologi merupakan penunjang
yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis
pekerjaan. Di samping itu di sisi lain akan terjadi dampak negatif, bila kita
kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul.
Hari
ini tidak akan terjadi jika dapat di antisipasi berbagai resiko yang
mempengaruhi kehidupan para pekerja. Berbagai resiko tersebut adalah
kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja , Penyakit yang berhubungan dengan
pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerjanya yang dapat meyebabkan kecacatan atau
kematian. Antisipasi ini harus di lakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian
antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini di kenal
sebagai pendekatan ergonomi.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa definisi ergmomi ?
2.
Apa tujuan dan ruang lingkup ergonomi ?
3.
Apa metode-metode ergonomi ?
4.
Apa penyakit-penyakit di tempat kerja
yang berkaitan dengan ergonomi ?
5.
Apa aplikasi ergonomi untuk perancangan
tempat kerja ?
1.3 Tujuan
1.
Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penulisan makalah ini
adalah untuk mengetahui tentang Ergonomi di Tempat Kerja
2.
Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui definisi ergonomi
b.
Untuk mengetahui tujuan dan ruang
lingkup ergonomi
c.
Untuk mengetahui metode-metode ergonomi
d.
Untuk mengetahui penyakit-penyakit di
tempat kerja yang berkaitan dengan ergonomi
e.
Untuk mengetahui aplikasi ergonomi
untuk perancangan tempat kerja
1.4 Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data-data yang di perlukan penulis mendapatkannya dengan cara sebagai berikut :
- Penelitian kepustakaan (Library Reseach)
Penelitian dilakukan dengan membaca buku-buku acuan dan materi yang di dapat selama kuliah maupun sumber-sumber lainnya yang mempunyai relevan dengan materi yang di bahas.
Untuk mendapatkan data-data yang di perlukan penulis mendapatkannya dengan cara sebagai berikut :
- Penelitian kepustakaan (Library Reseach)
Penelitian dilakukan dengan membaca buku-buku acuan dan materi yang di dapat selama kuliah maupun sumber-sumber lainnya yang mempunyai relevan dengan materi yang di bahas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Ergonomi
Ergonomi yaitu ilmu
yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka.
Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan
dengan kondisi tubuh manusia ialah menurunkan stress yang akan di hadapi.
Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi
tubuh agar dengan melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan
agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.
2.2 Sejarah Ergonomi
Pada zaman dahulu
ketika masih hidup dalam lingkungan alam asli, kehidupan manusia sangat
tergantug pada kegiatan tangannya. Alat-alat, perlengkapan-perlengkapan, atau
rumah-rumah sederhana, di buat hanya sekedar untuk mengurangi ganas nya alam
pada saat itu.
Perubahan waktu,
walaupun secara perlahan-lahan, telah merubah keadaan manusia dari keadaan
primitif menjadi manusia yang berbudaya. Kejadian ini antara lain terlihat pada
perubahan rancangan peralatan-peralatan yang di pakai, yaitu mulai dari batu
yang yang tidak berbentuk menjadi batu yang mulai berbentuk dengan meruncingkan
beberapa bagian dari batu tersebut.
Perubahan pada alat
sderhana ini, menunjukkan bahwa manusia sejak awal kebudayaan nya berusaha
memperbaiki alat-alat yang di pakai nya untuk memudahkan pemakaiannya. Hal ini
terlihat lagi pada alat-alat batu runcing yang bagian atasnya di pahat bulat
tepat sebesar genggaman sehingga lebi memudahkan dan menggerakkan pemakaiannya.
Banyak lagi
perbuatan-perbuatan manusia yang serupa dengan itu dari abad ke abad. Namun hal
tersebut berlangsung secara apa adanya, tidak teratur dan tidak terarah, bahkan
kadang-kadang secara kebetulan. Baru di abad ke-20 ini orang mulai
mensistematiskan cara-cara perbaikan tersebut dan secara khusus
mengembangkannya.
Usaha-usaha ini
berkembang terus dan sekarang di kenal sebagai salah satu cabang ilmu yang di
sebut “Ergonomi” . Ergonomi ialah salah satu cabang ilmu yang sistematis
memanfaatkan informasi-informasi mengenal sifat, kemampuan dan keterbatasan
manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan
bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan
melalui pekerjaaan itu, dengan efektif, aman, dan nyaman.
2.3 Tujuan, Manfaat, dan Ruang Lingkup Ergonomi
Pelaksanaan
dan penerapan ergonomi di tempat kerja dimulai dari yang sederhana dan pada tingkat
individual terlebih dahulu. Rancanga yang ergonomis akn dapat meningkatkan
efisiensi, efektifitas dan produktifias kerja, serta dapat menciptakan sistem
serta lingkungan kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat.
Adapun tujuan penerapan ergonomi
adalah sebagai berikut :
1.
Meningkatkan kesejahteraan
fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja tambahan (fisik dan mental),
mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja.
2.
Meningkatkan kesejahteraan
sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kontak sesama pekerja,
pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan sistem kebersamaan dalam
tempat kerja.
3.
Berkontribusi di dalam
keseimbangan rasional antara aspek aspek
teknik, ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan
meningkatkan efisiensi sistem manusi-mesin.
Manfaat pelaksanaan ergonomi adalah sebagai berikut :
1.
Menurunnya angka kesakitan
akibat kerja.
2.
Menurunnya kecelakaan kerja.
3.
Biaya pengobatan dan
kompensasi berkurang.
4.
Stress akibat kerja
berkurang
5.
Produktivitas membaik.
6.
Alur kerja bertambah baik.
7.
Rasa aman karena bebas dari
gangguan cidera.
8.
Kepuasan kerja meningkat.
Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
1.
Tehnik.
2.
Fisik.
3.
Pengalaman psikis.
4.
Anatomi, utamanya yang
berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian.
5.
Anthropometri
6.
Sosiologi.
7.
Fisiologi, terutama
berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take, pols, dan aktivitas otot.
8.
Desain, dll.
2.4 Metode-Metode Ergonomi
1.
Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja
penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran
lingkungan kerja lainnya.
Variasi akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
2.
Treatment
Pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat
diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak
pencahayaan atau jendela yang sesuai.
Membeli furniture sesuai dengan dimensi fisik pekerja.
3.
Follow-up
Dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalny dengan
menanyakan kenyamanan, bagian badan yang skit, nyeri bahu dan siku, keletihan,
sakit kepala dan lain – lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk
yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain – lain.
Aplikasi/penerapan Ergonomik :
1.
Posisi kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki
tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan
posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu
secara seimbang pada dua kaki.
2.
Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu
bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrrinya. Harus dibedakan ukuran
anthrometri barat dan timur.
3.
Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.
Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan
daripada kata – kata.
4.
Mengangkat Beban
Bermacam – macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan,
punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang
punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
2.5 Penyakit-Penyakit di Tempat Kerja yang Berkaitan
dengan Ergonomi
Yang Berkaitan dengan Ergonomi Semua pekerja secara kontinyu harus
mendapat supervisi medis teratur. Supervisi medis yang biasanya dilakukan
terhadap pekerja antara lain:
1.
Pemerikasaan sebelum bekerja
Bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya.
2.
Pemeriksaan berkala Bertujuan
untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada
kelainan.
3.
Nasehat
Harus diberikan tentang hygiene dan keseehatan, khususnya padaa wanita
muda dan yang sudah berumur.
Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahannya,
beberapa ahli membedakan membaginya sebagai berikut :
1.
Kelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat
dikompensasi dan diperbaiki peerformansnya seperti semua. Kalau tidak terlalu
berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
2.
Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergantung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul
tiba-tiba dan berat gejalanya.
3.
Psikologis dan emotional
fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis
“mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat
yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.
Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang
mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal di bawah ini akan
mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi :
a.
Lingkungan harus bersih dari
zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus memadai dan tidak ada gangguan
bising.
b.
Jam kerja sehari diberikan
waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup saat makan siang.
c.
Keshatan pekerja harus tetap
dimonitor.
d.
Tempo kegiatan tidak harus
terus menerus.
e.
Waktu perjalanan dari dan ke
tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau memungkinkan.
f.
Secara aktif
mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat kerja.
g.
Fasilitas rekreasi dan
istirahat harus disediakan di tempat kerja.
h.
Waktu untuk liburan harus
diberikan pada semua pekerja.
i.
Kelompok pekerja yang rentan
harus lebih diawasi misalnya :
-
Pekerja remaja
-
Wanita hamil
-
Pekerja yang telah berumur
-
Pekerja shift
-
Migrant
j.
Para pekerja yang mempunyai
kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan atau zat addiktif lainnya perlu
diawasi.
Pemeriksaan kelelahan :
Tes
kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes pada kelopak
mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan mendeteksi sinyal, atau
pemerikasaan pada serbut otot secara elektrik dan sebagainya.
Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang
terjadi apakah ada hubungannya dengan masalah ergonomi, karena mungkin saja
masalah ergonomi akan mempercepat terjadinya kelelahan.
2.6 Aplikasi Ergonomi untuk Perancangan Tempat Kerja
Pelatihan
bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi umumnya berlatar belakang
pendidikan tehnik, psikolog, fisiologi atau dokter, meskipun ada juga yang
dasar keilmuaannya tentang desain, manajer dan lain-lain. Akan tetapi semuanya
ditujukan pada aspek proses kerja daan lingkungan kerja.
2.7 Aspek Psikologis Ergonomi
Dengan penerapan prinsip ergonomi di atas diharapkan dapat mengurangi
tingkat stress yang diakibatkan karena kelelahan ketika melakukan perjalanan
jauh pada pengguna kendaraan beroda empat. Selain itu, dengan berkurangnya
tingkat stress maka unsur keamanan dan keselamatan pun akan lebih meningkat.
Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas atau
pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami kemajuan dan
teknologi yang digunakan dalam pekerjaan tersebut terus berubah. Prinsip
ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat kerja. Menurut
Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip ergonomi, yaitu
sebagai berikut :
1.
Bekerja dalam posisi atau
postur normal.
2.
Mengurangi beban berlebihan.
3.
Menempatkan peralatan agar selalu
berada dalam jangkauan.
4.
Bekerja sesuai dengan
ketinggian dimensi tubuh.
5.
Mengurangi gerakan berulang
dan berlebihan.
6.
Minimalisasi geraakan
statis.
7.
Minimalisasikan titik beban.
8.
Mencakup jarak ruang.
9.
Menciptakan lingkunagan
kerja yang nyaman.
10. Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja.
11. Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti.
2.8 Contoh Aplikasi Ergonomi
Mengendarai mobil dengan jarak
tempuh yang cukup jauh sangat melelahkan bagi pengemudi. Hal tersebut wajar
terjadi pada setiap orang karena banyaknya gerakan yang harus di lakukan saat
mengemudi. Apalagi jenis gerkan yang dilakukan sifatnya monoton sehingga
menimbulkan kebosanan. Apabila keadaan semacam ini berlangsung cukup lama maka
akan menimbulkan rasa hambar, lelah dan puncaknya adalah rasa ngantuk. Meskipun
sesungguhnya secara psikologis rasa lelah bersifat melindungi, sama seperti
rasa lapar.Timbulnya rasa lelah berarti memberi isyarat kepada manusia untuk
menghindari ketegangan lebih lanjut dan memberi kesempatan untuk memulihkan
tenaga. Apabila dalam kodisi lelah terus dipaksakan, maka akan mengurangi
kesiagaan yang dapat membuahkan kesalahan atau kecelakaan bagi pengemudi atau
orang lain yang ada di sekitaarnya. Oleh karena itu pengemudi memerlukan waktu
untuk beristirahat walau sejenak.
Disamping itu kendaraan yang
dikemudikan harus mampu bergerak secara tepat sesuai kehendak pengemudi
sehingga ada keterkaitan antara manusia dengan kendaraan dapat berjalan
seerasi. Informasi yang diberikan harus tersedia setiap saat dan setepat
mungkin. Demikian juga perintah yang diberikan pengemudi harus segera mendapat
respon yang cepat dan tepat dari kendaraanmya. Kondisi yang tidak ergonomis
dapat diberikan contoh antara lain :
-
Tempat duduk tidak nyaman
dan terlalu rendah sehingga menganggu medan pandang.
-
Ruang kemudi terlalu sempit.
-
Desain interior kurang indah
dan penempatan kontrol – kontrol tiddak tepat.
Ergonomi
merupakan suatu cara untuk menekan agar kelelahan yang timbul pada manusia
sekeecil mungkin sehingga menurunnya gerak rreflek pengemudi karena kelelahan
dapat ditingkatkan dan interval waktu siaga sampai timbulnya kelelahan dapat
diperpanjang. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian untuk
menciptakan lingkungan pengendalian yang ergonomis antara lain : desain tempat
duduk, perlengkapan pengendali kendaraan, medan pandang, instrumen dan panel,
desain interior, dan kontol-kotrol.
·
DESAI TEMPAT DUDUK
Kelengkapan mobil yang sangat berpengaruh terhadap kenyamanan
pengemudi/penumpang adalah tempat duduk, karena ebagian besar tubuh manusia
berada di sii. Berbeda dengan perangkat lainnya yang hanya dikenai sebagian
kecil anggota badan manusia. Oleh karena itu kenyamanan tempat duduk mempunyai
pengaruh terhadap kenyamanan secara menyeluruh bagi yang menempatinnya.
Kenyaman tempat duduk sangat
dipengaruhi oleh distribusi tekanan permukaan tempat duduk. Orang yang berada
di atasnya akan disangga di bagian pinggul dan punggungnya oleh permukaan
tempat duduk. Apabila penyangga tersebut terlalu kuat, pengemudi akan tersikasa
dan mengakibatkan kelelahan yang pada akhirnya dapat menimbulkan rasa ngantuk.
Keadaan yang sama akan dialami jika tta letak penyangga berada pada tempat yang
salah.
Untuk meningkatkan kenyamanan maka
tempat duduk harus dirancang secara khusus karena pengemudi akan duduk lama di
atasnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan membuat tempat
duduk dengan tekanan yang cukup tinggi disekitar tulang pinggul, tetapi haarus
mempunyai tekanan yang lebih rendah dibagian paha dan sekitar tulang ekor
artinya tempat duduk tidak menerima tekanan yang besar dan terpusat di suatu
tempat. Berat badan akan disebar secara merta dan sedikit tekanan di bagian
belakang dan samping tubuh. Tekanan yang tinggi pada suatu tempat tertentu akan
menyebabkan bagian tubuh tersebut menjadi mudah lelah. Kelelahan suatu bagian
tubuh akan menurunkan daya tahahan dan konsentrasi pengemudi hingga
kecenderungan terjadinya kecelakaan menjadi lebih besar. Karena setiap
pengemudi mempunyai bentuk tubuh yang brbeda, maka diperlukan pengatur jarak
dan kemiringan sandaran yang dpat distel.
·
RODA KEMUDI, PEDAL REM, DAN
PEDAL KOPLING
Bentuk dan ukuran roda kemudi
(steer) sangat mempengaruhi kenyamanan pengemudi, karena keduanya berkaitan
dengan kebutuhan tenaga yang diperlukan untuk memutarkannya dan ruang gerak
pengemudi. Diameter roda kemudi yang besar dapat meringankan kemudi, tetapi
banyak memerlukan tempat (ruang). Sebaiknya jika diameter roda kemudi teralu
kecil maka ruang kemudi lebih luas tetapi diperlukan tenaga yang lebih besar
untuk memutarkannya sehingga akan cepat melelahkan pengemudi. Namun diameter
roda kemudi yang kecil sangat sensitif terhadap setiap gerakan roda kendaraan,
artinya dengan gerakan yang sedikit mampu menggerakan roda kendaraan. Untuk itu
perlu diciptakan roda kemudi yang tidak memerlukan tenaga yang besar untuk
memutarkannya.
Bentuk roda kemudi padaa umumnya
bulat, tetapi ada juga yang berbentuk elips (oval). Roda kemudi bentuk elips
ini dapat mengatasi kelemahan seperti dijelaskan di atas. Dengan roda kemudi
bentuk elips, maka tenaga yang dibutuhkan untuk memutarkannya pada saat belok
lebih kecil dan kemudi lebih sensitif pada saat mobil berjalan lurus.
Untuk menyesuaikan ukuran tubuh
pengemudi, maka diupayakan agar posisi roda kemudi dapat distel. Dengan merubah
kemiringan batang (poros) kemudi, maka letak roda kemudi dikonstruksi
sedemikian rupa sehingga dapat mengkerut (collapisible) pada saast ada benturan
yang cukup keras (misal : jika terjadi kebakaran) sehingga pengemudi terhindar
dari himpitan roda kemudi saat terjadi kecelakaan.
Banyak upaya yang dilakukan
perusahaan mobil Volvo yang mnerpkan konsep “safety cage” (ruang aman), yaitu
ruang penumpang yang sangat kokoh, tetapi bagian depan dan belakang mobil
berfungsi sebagai peredam. Jika terjadi tabrakan frontal (saling berhadapan)
yang fatal, kap mesin terlipat keatad, spatbor (slebor) terlipat ke sisi, mesin
dan bak transmisi (presnelling) jatuh kebawah. Dengan demikian ruang penumpang
tetap aman dari kemungkinan terdesak mesin/bak transmisi. Pada mobil Saab 9000
dilengkapi dengan bumper yang mampu menahan benturan tanpa mengakibatkan
kerusakan hingga kecepatan 12,5 mil/jam. Bumper dirancang khusus dengan
pemakaian pegas yang mampu mereedam energi bila terjadi tumbukan pada kecepatan
rendah. Pedal kopling dan pedal rem juga sangat berpengaruh terhadap kenyamanan
pengemudi. Posisi pedal terhadap kaki pengemudi akan mempengaruhi kerja kaki
pada saat mengemudi.
·
MEDAN PANDANG DAN KEMAMPUAN
PANDANG
Medan pandang pengemudi meliputi : bagian depan, belakang samping, atas
dan bawah. Untuk memonitor semua medan pandang tersebut maka diperlukan kaca
spion yang cukup lebar. Kemampuan yang merefleksikan keadaan yang tidak dapat
dilihat secara langsung oleh mata mutlak harus dimiliki oleh kaca spion.
Penempatannyapun harus memenuhi prinsip ergonomi, artinya dapat dengan jelas
menggambarkan situasi yang sesungguhnya.
Kemampuan pandang pengemudi dapat dipengaruhi oleh lingkungan di
sekitarnya. Misalnya saja pada saat turun hujan, adanya kabut tebal, dan
sebagainya. Terlebih lagi pada malam hari, seringkali berpapasan dengan mobil
dari arah berlawanan dengan sinar (sorot) lampu yang tidak memenuhhi standard.
Untuk meningkatkan kemampuan pandang dan memberikan tingkat ergonomi yang lebih
baik, maka perlu dilakukan beberapa perbaikan atau penambahan perlengkapan
khusus. Cara yang dapat ditempuh antara lain dengan memakai kaca depan dan
bagian interior yang tidak memantulkan sinar sehingga pengemudi tidak silau.
Kemampuan pandang di malam hari dipengaruhi oleh terangnya lampu dan arah
penyinaran. Lampu jenis “halogen” dapat memberikan penerangan yang lebih baik
dibanding lampu biasa. Arah sinar lampu sebaiknya tidak terlalu pendek atau
terlalu tinggi. Masing-masing jenis kendaraan memiliki spesifikasi (ukuran)
arah sinar terhadap garis horisontal dan tergantung posisi lampu terhadap
permukaan tanah. Dengan arah sinar yang tepat akan memperbaiki kemampuan
pandang dan tidak menganggu pengemudi dari arah yang berlawanan. Berkurangnya
kemampua pandang akibat adanya kabut dapat diatasi dengan menempatkan lampu
kabut (lampu berwarna kuning). Sinar lampu kabut mampu menembus kabut sampai
beberapa meter sehingga dapat memperbaiki kemampuan pandang saat terjadi kabut.
Apabila hanya mengandalkan lampu depan untuk menembus kabut, maka pengemudi
akan merasa cepat lelah kemampuan pandang berkurang.
Pada saat hujn turun, kemampuan pandang terhalang oleh air hujan dan
kabut (embun) yamg menempel pada dinding kaca dan belakang bagian alam. Untuk
(wiper) yang mampu mengikis air hujan. Kecepatan gerak wiper dapat disesuaikan
dengan banyaknya air hujan yang menempel pada dinding kaca. Untuk mobil-mobil
mewah ada yang telah dilengkapi dengan pengatur otomatis penggerak wiper
denagan interval waktu tertentu. Misalnya pada saat gerimis, wiper dapat diatur
gerakannya hanya sesekali saja, namun saat hujan deras gerak wiper dipercepat.
Seebagai contoh seperti pada mobil Volks Wagen telah menggunakan penghapus kaca
yang terprogram. Pada kecepatan tertentu kadang-kadang hanya diperlukan satu
penghaps kaca, tetapi jika diperlukan bantuan yang lain maka tinggal memijit
tombol sekali lagi sehingga kedua wiper akan bekerja bersama-sama. Untuk waktu
penghapusan pun dapat diprogram ulang berapa waktu yang diperlukan.
·
INSTRUMEN DAN PANEL YANG MUDAH DI BACA
Apabila
pengemudi mengeinginkan mengendarai mobil nya dengan aman, sebelum nya harus
mengerti bagaimana instrumen dan meter-meter bekerja. Disamping itu perlengkapan
tersebut harus akurat dan mudah di baca. Untuk mengetahui kemampuan pengemudi
dalam membaca instrumen, dilakukan pengujian dengan menggunakanmetode EOG (Electro Ocolugraphy). Metode ini
menggunakan perangkat yang bentuk nya seperti helm pengaman yang di pasang pada
kepala pengemudi. Dengan menggunakan dua elektrode yang di tempatkan di
sekeliling mata, maka dapat di ketahui ukuran, terangnya suatu warna dan posisi dari meter-meter yang di kehendaki
pengemudi.
Dari
hasil berbagai pengujian di kembangkan “dual
vison meter” yaitu salah satu dari tipe meter yang dapat mengurangi waktu
untuk melihat informasi yang di berikan. Untuk memperbaiki kemampuan pandang
biasa di gunakan cara pemantulan dari perangkat meter dengan menggunakan
cermin. Cara tersebut sangat menguntungkan karena mata tidak perlu memperbaiki
fokus setelah membaca meter. Kesan yang sama jauh dengan jarak pandang keluar
di berikan oleh meter tersebut sehingga sangat menguntungkan pada saat
kendaraan berjalan dengan kecepatan tinggi.
Hasil
pengujian menunjukkan, bahwa waktu yang di perlukan untuk membaca dan kembali
ke posisi awal dengan pola meter di pantulkan dengan menggunakan dual meter
vision jauh lebih cepat sekitar 10%.kecepatan ini di bandingkan dengan
pembacaan langsung tanpa pantulan. Dari hasil pengujian terhadap beberapa
pengemudi dengan cara pantulan, ternyata menghasilkan kecepatan yang sama dalam
pembacaan sehingga cara ini baik untuk mobil yang mampu bergerak cepat atau
saat melaju di jalan bebas hambatan ( jalan tol ).
Indikator
yang di anggap penting dapat di berikan lampu peringatan jika terjadi gangguan.
Misalnya indikator pengukuran bahan bakar akan menyala jika menunjukkan angka
kritis (bensin hampir habis), demikian pula dengan pengukur putaran mesin.
Tekanan pelumasan, pengukur kapasitas minyak rem dalam reservoir, indikator pegisian baterai, juga penting di
beri tambahan lampu peringatan. Dngan demikian pengemudi tidak perlu melihat
angka instrumen, sehingga memudahkan pengemudi jika terjadi gangguan/kerusakan
dalam sistem. Penentuan warna pada panel/dashboard
(tempat meter-meter) dan sekitar pengemudi perlu mendapat perhatian dalam
menciptakan lingkungan pengendalian yang ergonomis. Susunan panel dengan warna
hitam nampak lebih gelap dan mampu mengurangi pantulan cahaya. Dengan cara ini,
kelelahan pengemudi dapat di kurangi terutama pada malam hari.
2.9 Antropometri
Antropometri menurut
Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah satu kumpulan data numerik yang
berhubungan dengan kaakteristik fisik tubuh manusia, ukuran bentuk, dan
kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.
Ukuran Antropometri
Posisi Duduk :
·
Tinggi badan posisi duduk :
Pria : 864 mm
Wanita : 834 mm
·
Tinggi bahu posisi duduk :
Pria : 572 mm
Wanita : 550 mm
·
Tinggi siku posisi duduk :
Pria : 231 mm
Wanita: 229 mm
·
Tinggi lutut :
Pria : 496 mm
Wanita : 472 mm
·
Tinggi lipat lutut :
Pria : 403 mm
Wanita : 382 mm
2.10
Biomekanika
Biomekanika adalah
suatu bidang kajian dalam erkogonomi yang berhubungan dengan mekanisme
pergerakan tubuh dalam melakukan suatu pekerjaan/aktivitas.
·
Franklin dan Nordin (1980)
mendefinisikan biomekanika sebagai berikut :
Biomekanika menggunakan konsep fisika
dan teknik untuk menjelaskan gerakan pada bermacam-macam bagian tubuh manusia
dan gaya yang bekerja pada bagian tubuh pada aktifitas sehari-hari.
·
Chaffin (1991) membuat istilah
biomekanika kerja (Occupational Biomechanic) di definisikan sebagai berikut :
Biomekanika kerja adalah studi mengenai
interaksi pekerja dengan peralatan mesin dan material, sehinga pekerja dapat
meningkatkan performansinya dan di sisi lain dapat meminimalkan resiko cedera
kerja (muskuloskeletal).
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penerapan ergonomi di tempat kerja
bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman,
selamat, prodktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu
kemauan, kemampuan dan kerja sama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerinta
dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas
kesehatan masyarakat, membat berbagai peraturan petunjuk teknis dan pedoman K3
di Tempat Kerja serta menjalin kerja sama lintas program maupu lintas sektor
terkait dalam pembinaannya.
3.2 Saran
A. Pendekatan disiplin ergonomi di arahkan pada upaya
memperbaiki performansi kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja,
accuracy, keselamatan kerja di samping untuk mengurangi energi kerja yang
berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat. Disamping
itu disiplin ergonomi di harapkan mampu memperbaiki pendayagunaan sumber daya
manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang di sebabkan kesalahan
manusia (human errors). Manusia adalah manusia, bukannya mesin. Mesin tidak
seharusnya mengatur manusia, untuk itu bebanilah manusia (operator/pekerja)
dengan tugas-tugas manusiawi.
B.
Pendekatan
khusus yang ada dalam disiplim ergonomi ialah aplikasi yang sistematis dari
segala informasi yang relevan yang berkaitan dengan karakteristik dan perilaku
manusia di dalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang di
pakai.
DAFTAR PUSTAKA
1. Id.wikipedia.org/wiki/Ergonomika
3. Elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_teknik.../Bab5.pdf
0 komentar:
Post a Comment