Selamat Datang Di Nuryanti Hikaru-Akira Kokoroga Ki-zutsuku ✿ ◠‿ ◠ (▼).

Saturday, October 12, 2013

Contoh Makalah IMK

LINGKUNGAN FISIK DAN ERGONOMI


Diajukan Untuk Mata Kuliah Interaksi Manusia dan Komputer










Di Susun Oleh :
1. Nuryanti (41122260)
2. Sri Susiyanti (41122126)
3. Liestyawati (41121987)
4. Amalia ( 41122176 )
5. Vera Wahyulianti (41122102)



SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
( STMIK ) IKMI CIREBON
TAHUN AJARAN 2012/2013
JLn. Perjuangan No 10B Majasem Kota Cirebon
Telp. (0231) 490481-490480






KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. dalam makalah ini kami akan membahas mengenai "LINGKUNGAN FISIK DAN ERGONOMI".

Makalah ini telah di buat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami meyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnan makalah selanjutnya.

Akhirnya kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sema.



Cirbon, Oktober 2013




DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI 
BAB I PENDAHULUAN
            1.1 Latar Belakang                                                                  :...................................................................  1
            1.2 Rumusan Masalah                                                            :...................................................................  1
            1.3 Tujuan                                                                                 :...................................................................  1
            1.4 Metode Penulisan                                                              :...................................................................  2

BAB II PEMBAHASAN
            2.1 Definisi Ergonomi                                                              :................................................................... 3
            2.2 Sejarah Ergonomi                                                              :...................................................................  3
            2.3 Tujuan, Manfaat, dan Ruang Lingkup Ergonomi      :...................................................................... 4
            2.4 Metode-Metode Ergonomi                                               :...................................................................5
            2.5 Penyakit-Penyakit di Tempat Kerja yang Berkaitan dengan Ergonomi :...................................... 6      
            2.6 Aplikasi Ergonomi untuk Perancangan Tempat Kerja :.................................................................   7
            2.7 Aspek Psikologis Ergonomi                                              :................................................................. 7
            2.8 Contoh Aplikasi Ergonomi                                               :.................................................................. 8
            2.9 Antropometri                                                                      :..................................................................12
            2.10 Biomekanika                                                                    :................................................................... 12

BAB IV KESIMPULAN
            4.1 Kesimpulan                       :............................................................................................................... ..... 13    
            4.2 Saran                                  :..................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA






 BAB I
PENDAHULUAN

            1.1  Latar Belakang

Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Di samping itu di sisi lain akan terjadi dampak negatif, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul.
            Hari ini tidak akan terjadi jika dapat di antisipasi berbagai resiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Berbagai resiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja , Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerjanya yang dapat meyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus di lakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini di kenal sebagai pendekatan ergonomi.

       1.2 Rumusan Masalah

     1.      Apa definisi ergmomi ?
     2.      Apa tujuan dan ruang lingkup ergonomi ?
     3.      Apa metode-metode ergonomi ?
     4.      Apa penyakit-penyakit di tempat kerja yang berkaitan dengan ergonomi ?
     5.      Apa aplikasi ergonomi untuk perancangan tempat kerja ?


1.3     Tujuan

1.      Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang Ergonomi di Tempat Kerja
2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui definisi ergonomi
b.      Untuk mengetahui tujuan dan ruang lingkup ergonomi
c.       Untuk mengetahui metode-metode ergonomi
d.      Untuk mengetahui penyakit-penyakit di tempat kerja yang berkaitan dengan ergonomi
e.       Untuk mengetahui aplikasi ergonomi untuk perancangan tempat kerja


1.4  Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data-data yang di perlukan penulis mendapatkannya dengan cara sebagai berikut :
- Penelitian kepustakaan (Library Reseach)
Penelitian dilakukan dengan membaca buku-buku acuan dan materi yang di dapat selama kuliah maupun sumber-sumber lainnya yang mempunyai relevan dengan materi yang di bahas.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Definisi Ergonomi

Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah menurunkan stress yang akan di hadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar dengan melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.

2.2  Sejarah Ergonomi

Pada zaman dahulu ketika masih hidup dalam lingkungan alam asli, kehidupan manusia sangat tergantug pada kegiatan tangannya. Alat-alat, perlengkapan-perlengkapan, atau rumah-rumah sederhana, di buat hanya sekedar untuk mengurangi ganas nya alam pada saat itu.
Perubahan waktu, walaupun secara perlahan-lahan, telah merubah keadaan manusia dari keadaan primitif menjadi manusia yang berbudaya. Kejadian ini antara lain terlihat pada perubahan rancangan peralatan-peralatan yang di pakai, yaitu mulai dari batu yang yang tidak berbentuk menjadi batu yang mulai berbentuk dengan meruncingkan beberapa bagian dari batu tersebut.
Perubahan pada alat sderhana ini, menunjukkan bahwa manusia sejak awal kebudayaan nya berusaha memperbaiki alat-alat yang di pakai nya untuk memudahkan pemakaiannya. Hal ini terlihat lagi pada alat-alat batu runcing yang bagian atasnya di pahat bulat tepat sebesar genggaman sehingga lebi memudahkan dan menggerakkan pemakaiannya.
Banyak lagi perbuatan-perbuatan manusia yang serupa dengan itu dari abad ke abad. Namun hal tersebut berlangsung secara apa adanya, tidak teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-kadang secara kebetulan. Baru di abad ke-20 ini orang mulai mensistematiskan cara-cara perbaikan tersebut dan secara khusus mengembangkannya.
Usaha-usaha ini berkembang terus dan sekarang di kenal sebagai salah satu cabang ilmu yang di sebut “Ergonomi” . Ergonomi ialah salah satu cabang ilmu yang sistematis memanfaatkan informasi-informasi mengenal sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaaan itu, dengan efektif, aman, dan nyaman.




2.3  Tujuan, Manfaat, dan Ruang Lingkup Ergonomi

            Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja dimulai dari yang sederhana dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancanga yang ergonomis akn dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktifias kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat.
            Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :
    1.      Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja.
   2.      Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kontak sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan sistem kebersamaan dalam tempat kerja.
    3.      Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek  aspek teknik, ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem manusi-mesin.
  Manfaat pelaksanaan ergonomi adalah sebagai berikut :
      1.      Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
      2.      Menurunnya kecelakaan kerja.
      3.      Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
      4.      Stress akibat kerja berkurang
      5.      Produktivitas membaik.
      6.      Alur kerja bertambah baik.
      7.      Rasa aman karena bebas dari gangguan cidera.
      8.      Kepuasan kerja meningkat.
Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
      1.      Tehnik.
      2.      Fisik.
      3.      Pengalaman psikis.
      4.      Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian.
      5.      Anthropometri
      6.      Sosiologi.
      7.      Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take, pols, dan aktivitas otot.
      8.      Desain, dll.



2.4  Metode-Metode Ergonomi

   1.      Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya.
Variasi akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
   2.      Treatment
Pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai.
Membeli furniture sesuai dengan dimensi fisik pekerja.
   3.      Follow-up
Dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalny dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang skit, nyeri bahu dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain – lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain – lain.

Aplikasi/penerapan Ergonomik :
   1.      Posisi kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
   2.      Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrrinya. Harus dibedakan ukuran anthrometri barat dan timur.
   3.      Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata – kata.
   4.      Mengangkat Beban
Bermacam – macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan. 


2.5  Penyakit-Penyakit di Tempat Kerja yang Berkaitan dengan Ergonomi
Yang Berkaitan dengan Ergonomi Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur. Supervisi medis yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain: 
   1.      Pemerikasaan sebelum bekerja Bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya. 
   2.      Pemeriksaan berkala Bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan.
   3.      Nasehat
Harus diberikan tentang hygiene dan keseehatan, khususnya padaa wanita muda dan yang sudah berumur.

Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahannya, beberapa ahli membedakan membaginya sebagai berikut :
   1.      Kelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki peerformansnya seperti semua. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
   2.      Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergantung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
   3.      Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.
           
Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal di bawah ini akan mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi :
   a.       Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus memadai dan tidak ada gangguan bising.
    b.      Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup saat makan siang.
    c.       Keshatan pekerja harus tetap dimonitor.
    d.      Tempo kegiatan tidak harus terus menerus.
    e.       Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau memungkinkan.
    f.       Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat kerja.
    g.      Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.
    h.      Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja.
i.        Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya :
-          Pekerja remaja
-          Wanita hamil
-          Pekerja yang telah berumur
-          Pekerja shift
-          Migrant
j.        Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan atau zat addiktif lainnya perlu diawasi.
Pemeriksaan kelelahan :
           
Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes pada kelopak mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan mendeteksi sinyal, atau pemerikasaan pada serbut otot secara elektrik dan sebagainya.
Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada hubungannya dengan masalah ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan mempercepat terjadinya kelelahan.

2.6  Aplikasi Ergonomi untuk Perancangan Tempat Kerja

Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi umumnya berlatar belakang pendidikan tehnik, psikolog, fisiologi atau dokter, meskipun ada juga yang dasar keilmuaannya tentang desain, manajer dan lain-lain. Akan tetapi semuanya ditujukan pada aspek proses kerja daan lingkungan kerja.

2.7  Aspek Psikologis Ergonomi

Dengan penerapan prinsip ergonomi di atas diharapkan dapat mengurangi tingkat stress yang diakibatkan karena kelelahan ketika melakukan perjalanan jauh pada pengguna kendaraan beroda empat. Selain itu, dengan berkurangnya tingkat stress maka unsur keamanan dan keselamatan pun akan lebih meningkat.
Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas atau pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami kemajuan dan teknologi yang digunakan dalam pekerjaan tersebut terus berubah. Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat kerja. Menurut Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip ergonomi, yaitu sebagai berikut :
   1.      Bekerja dalam posisi atau postur normal.
   2.      Mengurangi beban berlebihan.
   3.      Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan.
   4.      Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh.
   5.      Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan.
   6.      Minimalisasi geraakan statis.
   7.      Minimalisasikan titik beban.
   8.      Mencakup jarak ruang.
   9.      Menciptakan lingkunagan kerja yang nyaman.
  10.  Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja.
  11.  Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti.


2.8  Contoh Aplikasi Ergonomi
            Mengendarai mobil dengan jarak tempuh yang cukup jauh sangat melelahkan bagi pengemudi. Hal tersebut wajar terjadi pada setiap orang karena banyaknya gerakan yang harus di lakukan saat mengemudi. Apalagi jenis gerkan yang dilakukan sifatnya monoton sehingga menimbulkan kebosanan. Apabila keadaan semacam ini berlangsung cukup lama maka akan menimbulkan rasa hambar, lelah dan puncaknya adalah rasa ngantuk. Meskipun sesungguhnya secara psikologis rasa lelah bersifat melindungi, sama seperti rasa lapar.Timbulnya rasa lelah berarti memberi isyarat kepada manusia untuk menghindari ketegangan lebih lanjut dan memberi kesempatan untuk memulihkan tenaga. Apabila dalam kodisi lelah terus dipaksakan, maka akan mengurangi kesiagaan yang dapat membuahkan kesalahan atau kecelakaan bagi pengemudi atau orang lain yang ada di sekitaarnya. Oleh karena itu pengemudi memerlukan waktu untuk beristirahat walau sejenak.
            Disamping itu kendaraan yang dikemudikan harus mampu bergerak secara tepat sesuai kehendak pengemudi sehingga ada keterkaitan antara manusia dengan kendaraan dapat berjalan seerasi. Informasi yang diberikan harus tersedia setiap saat dan setepat mungkin. Demikian juga perintah yang diberikan pengemudi harus segera mendapat respon yang cepat dan tepat dari kendaraanmya. Kondisi yang tidak ergonomis dapat diberikan contoh antara lain :
-          Tempat duduk tidak nyaman dan terlalu rendah sehingga menganggu medan pandang.
-          Ruang kemudi terlalu sempit.
-          Desain interior kurang indah dan penempatan kontrol – kontrol tiddak tepat.
Ergonomi merupakan suatu cara untuk menekan agar kelelahan yang timbul pada manusia sekeecil mungkin sehingga menurunnya gerak rreflek pengemudi karena kelelahan dapat ditingkatkan dan interval waktu siaga sampai timbulnya kelelahan dapat diperpanjang. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian untuk menciptakan lingkungan pengendalian yang ergonomis antara lain : desain tempat duduk, perlengkapan pengendali kendaraan, medan pandang, instrumen dan panel, desain interior, dan kontol-kotrol.
·         DESAI TEMPAT DUDUK
Kelengkapan mobil yang sangat berpengaruh terhadap kenyamanan pengemudi/penumpang adalah tempat duduk, karena ebagian besar tubuh manusia berada di sii. Berbeda dengan perangkat lainnya yang hanya dikenai sebagian kecil anggota badan manusia. Oleh karena itu kenyamanan tempat duduk mempunyai pengaruh terhadap kenyamanan secara menyeluruh bagi yang menempatinnya.
            Kenyaman tempat duduk sangat dipengaruhi oleh distribusi tekanan permukaan tempat duduk. Orang yang berada di atasnya akan disangga di bagian pinggul dan punggungnya oleh permukaan tempat duduk. Apabila penyangga tersebut terlalu kuat, pengemudi akan tersikasa dan mengakibatkan kelelahan yang pada akhirnya dapat menimbulkan rasa ngantuk. Keadaan yang sama akan dialami jika tta letak penyangga berada pada tempat yang salah.
            Untuk meningkatkan kenyamanan maka tempat duduk harus dirancang secara khusus karena pengemudi akan duduk lama di atasnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan membuat tempat duduk dengan tekanan yang cukup tinggi disekitar tulang pinggul, tetapi haarus mempunyai tekanan yang lebih rendah dibagian paha dan sekitar tulang ekor artinya tempat duduk tidak menerima tekanan yang besar dan terpusat di suatu tempat. Berat badan akan disebar secara merta dan sedikit tekanan di bagian belakang dan samping tubuh. Tekanan yang tinggi pada suatu tempat tertentu akan menyebabkan bagian tubuh tersebut menjadi mudah lelah. Kelelahan suatu bagian tubuh akan menurunkan daya tahahan dan konsentrasi pengemudi hingga kecenderungan terjadinya kecelakaan menjadi lebih besar. Karena setiap pengemudi mempunyai bentuk tubuh yang brbeda, maka diperlukan pengatur jarak dan kemiringan sandaran yang dpat distel.
·         RODA KEMUDI, PEDAL REM, DAN PEDAL KOPLING
            Bentuk dan ukuran roda kemudi (steer) sangat mempengaruhi kenyamanan pengemudi, karena keduanya berkaitan dengan kebutuhan tenaga yang diperlukan untuk memutarkannya dan ruang gerak pengemudi. Diameter roda kemudi yang besar dapat meringankan kemudi, tetapi banyak memerlukan tempat (ruang). Sebaiknya jika diameter roda kemudi teralu kecil maka ruang kemudi lebih luas tetapi diperlukan tenaga yang lebih besar untuk memutarkannya sehingga akan cepat melelahkan pengemudi. Namun diameter roda kemudi yang kecil sangat sensitif terhadap setiap gerakan roda kendaraan, artinya dengan gerakan yang sedikit mampu menggerakan roda kendaraan. Untuk itu perlu diciptakan roda kemudi yang tidak memerlukan tenaga yang besar untuk memutarkannya.
            Bentuk roda kemudi padaa umumnya bulat, tetapi ada juga yang berbentuk elips (oval). Roda kemudi bentuk elips ini dapat mengatasi kelemahan seperti dijelaskan di atas. Dengan roda kemudi bentuk elips, maka tenaga yang dibutuhkan untuk memutarkannya pada saat belok lebih kecil dan kemudi lebih sensitif pada saat mobil berjalan lurus.
            Untuk menyesuaikan ukuran tubuh pengemudi, maka diupayakan agar posisi roda kemudi dapat distel. Dengan merubah kemiringan batang (poros) kemudi, maka letak roda kemudi dikonstruksi sedemikian rupa sehingga dapat mengkerut (collapisible) pada saast ada benturan yang cukup keras (misal : jika terjadi kebakaran) sehingga pengemudi terhindar dari himpitan roda kemudi saat terjadi kecelakaan.
            Banyak upaya yang dilakukan perusahaan mobil Volvo yang mnerpkan konsep “safety cage” (ruang aman), yaitu ruang penumpang yang sangat kokoh, tetapi bagian depan dan belakang mobil berfungsi sebagai peredam. Jika terjadi tabrakan frontal (saling berhadapan) yang fatal, kap mesin terlipat keatad, spatbor (slebor) terlipat ke sisi, mesin dan bak transmisi (presnelling) jatuh kebawah. Dengan demikian ruang penumpang tetap aman dari kemungkinan terdesak mesin/bak transmisi. Pada mobil Saab 9000 dilengkapi dengan bumper yang mampu menahan benturan tanpa mengakibatkan kerusakan hingga kecepatan 12,5 mil/jam. Bumper dirancang khusus dengan pemakaian pegas yang mampu mereedam energi bila terjadi tumbukan pada kecepatan rendah. Pedal kopling dan pedal rem juga sangat berpengaruh terhadap kenyamanan pengemudi. Posisi pedal terhadap kaki pengemudi akan mempengaruhi kerja kaki pada saat mengemudi.
·         MEDAN PANDANG DAN KEMAMPUAN PANDANG
Medan pandang pengemudi meliputi : bagian depan, belakang samping, atas dan bawah. Untuk memonitor semua medan pandang tersebut maka diperlukan kaca spion yang cukup lebar. Kemampuan yang merefleksikan keadaan yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh mata mutlak harus dimiliki oleh kaca spion. Penempatannyapun harus memenuhi prinsip ergonomi, artinya dapat dengan jelas menggambarkan situasi yang sesungguhnya.
Kemampuan pandang pengemudi dapat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Misalnya saja pada saat turun hujan, adanya kabut tebal, dan sebagainya. Terlebih lagi pada malam hari, seringkali berpapasan dengan mobil dari arah berlawanan dengan sinar (sorot) lampu yang tidak memenuhhi standard. Untuk meningkatkan kemampuan pandang dan memberikan tingkat ergonomi yang lebih baik, maka perlu dilakukan beberapa perbaikan atau penambahan perlengkapan khusus. Cara yang dapat ditempuh antara lain dengan memakai kaca depan dan bagian interior yang tidak memantulkan sinar sehingga pengemudi tidak silau. Kemampuan pandang di malam hari dipengaruhi oleh terangnya lampu dan arah penyinaran. Lampu jenis “halogen” dapat memberikan penerangan yang lebih baik dibanding lampu biasa. Arah sinar lampu sebaiknya tidak terlalu pendek atau terlalu tinggi. Masing-masing jenis kendaraan memiliki spesifikasi (ukuran) arah sinar terhadap garis horisontal dan tergantung posisi lampu terhadap permukaan tanah. Dengan arah sinar yang tepat akan memperbaiki kemampuan pandang dan tidak menganggu pengemudi dari arah yang berlawanan. Berkurangnya kemampua pandang akibat adanya kabut dapat diatasi dengan menempatkan lampu kabut (lampu berwarna kuning). Sinar lampu kabut mampu menembus kabut sampai beberapa meter sehingga dapat memperbaiki kemampuan pandang saat terjadi kabut. Apabila hanya mengandalkan lampu depan untuk menembus kabut, maka pengemudi akan merasa cepat lelah kemampuan pandang berkurang.
Pada saat hujn turun, kemampuan pandang terhalang oleh air hujan dan kabut (embun) yamg menempel pada dinding kaca dan belakang bagian alam. Untuk (wiper) yang mampu mengikis air hujan. Kecepatan gerak wiper dapat disesuaikan dengan banyaknya air hujan yang menempel pada dinding kaca. Untuk mobil-mobil mewah ada yang telah dilengkapi dengan pengatur otomatis penggerak wiper denagan interval waktu tertentu. Misalnya pada saat gerimis, wiper dapat diatur gerakannya hanya sesekali saja, namun saat hujan deras gerak wiper dipercepat. Seebagai contoh seperti pada mobil Volks Wagen telah menggunakan penghapus kaca yang terprogram. Pada kecepatan tertentu kadang-kadang hanya diperlukan satu penghaps kaca, tetapi jika diperlukan bantuan yang lain maka tinggal memijit tombol sekali lagi sehingga kedua wiper akan bekerja bersama-sama. Untuk waktu penghapusan pun dapat diprogram ulang berapa waktu yang diperlukan.
·         INSTRUMEN DAN PANEL YANG MUDAH DI BACA

Apabila pengemudi mengeinginkan mengendarai mobil nya dengan aman, sebelum nya harus mengerti bagaimana instrumen dan meter-meter bekerja. Disamping itu perlengkapan tersebut harus akurat dan mudah di baca. Untuk mengetahui kemampuan pengemudi dalam membaca instrumen, dilakukan pengujian dengan menggunakanmetode EOG (Electro Ocolugraphy). Metode ini menggunakan perangkat yang bentuk nya seperti helm pengaman yang di pasang pada kepala pengemudi. Dengan menggunakan dua elektrode yang di tempatkan di sekeliling mata, maka dapat di ketahui ukuran, terangnya suatu warna dan  posisi dari meter-meter yang di kehendaki pengemudi.
Dari hasil berbagai pengujian di kembangkan “dual vison meter” yaitu salah satu dari tipe meter yang dapat mengurangi waktu untuk melihat informasi yang di berikan. Untuk memperbaiki kemampuan pandang biasa di gunakan cara pemantulan dari perangkat meter dengan menggunakan cermin. Cara tersebut sangat menguntungkan karena mata tidak perlu memperbaiki fokus setelah membaca meter. Kesan yang sama jauh dengan jarak pandang keluar di berikan oleh meter tersebut sehingga sangat menguntungkan pada saat kendaraan berjalan dengan kecepatan tinggi.
Hasil pengujian menunjukkan, bahwa waktu yang di perlukan untuk membaca dan kembali ke posisi awal dengan pola meter di pantulkan dengan menggunakan dual meter vision jauh lebih cepat sekitar 10%.kecepatan ini di bandingkan dengan pembacaan langsung tanpa pantulan. Dari hasil pengujian terhadap beberapa pengemudi dengan cara pantulan, ternyata menghasilkan kecepatan yang sama dalam pembacaan sehingga cara ini baik untuk mobil yang mampu bergerak cepat atau saat melaju di jalan bebas hambatan ( jalan tol ).
Indikator yang di anggap penting dapat di berikan lampu peringatan jika terjadi gangguan. Misalnya indikator pengukuran bahan bakar akan menyala jika menunjukkan angka kritis (bensin hampir habis), demikian pula dengan pengukur putaran mesin. Tekanan pelumasan, pengukur kapasitas minyak rem dalam reservoir,  indikator pegisian baterai, juga penting di beri tambahan lampu peringatan. Dngan demikian pengemudi tidak perlu melihat angka instrumen, sehingga memudahkan pengemudi jika terjadi gangguan/kerusakan dalam sistem. Penentuan warna pada panel/dashboard (tempat meter-meter) dan sekitar pengemudi perlu mendapat perhatian dalam menciptakan lingkungan pengendalian yang ergonomis. Susunan panel dengan warna hitam nampak lebih gelap dan mampu mengurangi pantulan cahaya. Dengan cara ini, kelelahan pengemudi dapat di kurangi terutama pada malam hari.



2.9  Antropometri

Antropometri menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan kaakteristik fisik tubuh manusia, ukuran bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.
Ukuran Antropometri Posisi Duduk :
·         Tinggi badan posisi duduk :
Pria : 864 mm
Wanita : 834 mm
·         Tinggi bahu posisi duduk :
Pria : 572 mm
Wanita : 550 mm
·         Tinggi siku posisi duduk :
Pria : 231 mm
Wanita: 229 mm
·         Tinggi lutut :
Pria : 496 mm
Wanita : 472 mm
·         Tinggi lipat lutut :
Pria : 403 mm
Wanita : 382 mm

2.10          Biomekanika

Biomekanika adalah suatu bidang kajian dalam erkogonomi yang berhubungan dengan mekanisme pergerakan tubuh dalam melakukan suatu pekerjaan/aktivitas.
·         Franklin dan Nordin (1980) mendefinisikan biomekanika sebagai berikut :
Biomekanika menggunakan konsep fisika dan teknik untuk menjelaskan gerakan pada bermacam-macam bagian tubuh manusia dan gaya yang bekerja pada bagian tubuh pada aktifitas sehari-hari.
·         Chaffin (1991) membuat istilah biomekanika kerja (Occupational Biomechanic) di definisikan sebagai berikut :
Biomekanika kerja adalah studi mengenai interaksi pekerja dengan peralatan mesin dan material, sehinga pekerja dapat meningkatkan performansinya dan di sisi lain dapat meminimalkan resiko cedera kerja (muskuloskeletal).






BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
           
            Penerapan ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, prodktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerja sama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerinta dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat, membat berbagai peraturan petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerja sama lintas program maupu lintas sektor terkait dalam pembinaannya.


3.2  Saran

  A.    Pendekatan disiplin ergonomi di arahkan pada upaya memperbaiki performansi kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy, keselamatan kerja di samping untuk mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat. Disamping itu disiplin ergonomi di harapkan mampu memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang di sebabkan kesalahan manusia (human errors). Manusia adalah manusia, bukannya mesin. Mesin tidak seharusnya mengatur manusia, untuk itu bebanilah manusia (operator/pekerja) dengan tugas-tugas manusiawi.
   B.     Pendekatan khusus yang ada dalam disiplim ergonomi ialah aplikasi yang sistematis dari segala informasi yang relevan yang berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia di dalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang di pakai.










DAFTAR PUSTAKA
   1.      Id.wikipedia.org/wiki/Ergonomika
   3.      Elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_teknik.../Bab5.pdf

0 komentar:

Post a Comment

By :
Free Blog Templates